Share Akemi

KARENAMU, RINZAKI HANA
Di sebuah desa yang sunyi. Hiduplah seorang gadis kecil bernama Abaria.  Dia tinggal bersama kakek dan neneknya di atas bukit gunung. Abaria yang ceria tak melewati masa kecilnya seperti anak kecil lainnya. Nggak sekolah, karena jarak rumah yang sangat jauh sekali………apalagi nggak ada biaya. Abaria selalu membantu nenek yori bersih-bersih rumah. Seperti mencuci baju dan piring, menyapu, dan memasak. Sedangkan kakek soji pergi ke ladang untuk menanam sayur-sayuran agar bisa dijual nantinya.
Hidup mereka sangat sederhana. Makan seadanya saja. Malam harinya, nggak ada lampu, tv dan radio karena disana belum ada aliran listrik yang masuk. Hanya diterangi dengan obor yang terbuat dari bambu dan cahaya rembulan.  Kasihan sekali………..! bunyi jangkrik dan kicauan burung dan gemercik air di sungai membuat suasana jadi tenang. Tapi hal itu nggak pernah membuat abaria mengeluh.
Di pagi hari yang cerah, nenek yori sudah bangun lebih pagi demi menyiapkan sarapan untuk abaria dan kakek soji dibawa ke ladang. Dia segera pergi ke kamar abaria,
“Abaria…..abaria…..bangun udah pagi. Katanya mau ikut kakek ke ladang.”
“Sebentar lagi ya, nek. Aku masih ngantuk (sambil menguap).” ujar abaria menarik bantal untuk menutup mukanya.  
Nenek  yori menarik bantalnya dan menarik tangan abaria supaya bangun. Akhirnya abaria mau beranjak dari tempat tidurnya itu.  Lalu dia segera mandi dan mengganti bajunya. Nenek dan kakeknya sudah berada di meja makan menunggu cucunya. Abaria menghampiri mereka. Selesai mereka makan. Abaria dan kakek soji berpamitan untuk menuju ke ladang. Mereka berjalan perlahan-lahan karena jalanan yang dilewati licin, penuh bebatuan dan agak terjal. Sepanjang jalan terlihat pemandangan yang indah seperti sungai yang jernih, pohon-pohon tinggi lebat dan rumput hijau yang luas. 
Abaria nampak capek mengikuti langkah kaki kakeknya. Kemudian, dia meminta istirahat sebentar dulu. Sedagkan kakeknya melanjutkan perjalanannya karena sudah dekat jaraknya. Abaria duduk diatas batu besar, membuka tas bekal lalu mengambil air minum untuk menghilangkan hausnya. Dia melihat bunga yang cantik nan indah diseberang ia berada. Dia berniat untuk memetiknya sebagai hiasan rumahnya. Warnanya merah jambu dan ada juga yang kuning. Abaria melewati jembatan kecil yang terbuat dari kayu itu untuk menuju ke sana. Ketika dia ingin memetiknya, tiba-tiba terdengar suara,
“Jangan petik aku, gadis kecil.”
Darimana suara itu berasal membuat abaria takut dan bingung 
”Siapa kamu? tunjukkan dirimu jangan bikin aku takut………!”
“Aku dibawahmu.” Ujarnya.
Abaria terkejut karena suara itu berasal dari bunga yang ingin dipetik itu. Masa sekuntum bunga bisa bicara sih. Lalu dia menyentuhnya dengan lembut.
“Eh, jangan bikin aku geli dong. Siapa kamu? Beraninya kamu memetik  aku yang asik bermain. Itu menyakitiku.” Tanyanya pada abaria.
“Maafkan aku, ya. Soalnya aku nggak tau kalau kamu akan sakit. Aku hanya ingin mengambilmu sebagai hiasan saja kok.” Jawabnya menyesali perbuatannya.
“karena kamu,  aku bisa layu dan mati. Gimana aku akan pulang ke rumahku? Ini semua kesalahanmu. Aku nggak akan memaafkanmu.” ujarnya
Kemudian muncul sebuah ide dari kepalanya………………..
Dia langsung berlari menuju ladang.  Ia mencari suatu barang yang bisa ditempati oleh bunga itu agar bisa mencegahnya mati.  Abaria menaruhnya digelas plastik yang sudah diberi tanah. Lalu, dia menanam bunga tersebut kedalamnya. Abaria butuh air untuk menyiramnya, lalu berlari lagi menuju sungai terdekat.
“Ahhh………..segarnya.  Terima kasih ya, gadis kecil karena kamu telah menolongku. Siapa namamu?”
“Nggak apa-apa kok. Kan aku yang salah. Oh ya, namaku abaria. Kalau kamu?” tanyanya kembali
“Aku Rinzaki hana. Asalku dari kerajaaan bunga midori  garden. Itu siapa?” ujarnya menjelaskan
“Itu kakekku yang sedang  memanen sayur.”
Mereka asik ngobrol satu sama lain. Rinzaki hana nggak bisa kembali ke Midori garden karena dia harus memulihkan tubuhnya sementara waktu. Lagipula bulan purnama  belum muncul jadi dia memutuskan untuk ikut dengan abaria ke rumahnya setelah usai membantu kakek soji. Abaria langsung turun ke ladang untuk mengambil hasil panennya seperti wortel, kentang dan bayam. Mereka sejenak istirahat untuk makan  siang dulu, lalu meneruskan kerjaannya lagi. nggak terasa hari sudah sore. Waktunya mereka pulang.
Setibanya di rumah, terlihat nenek yori berdiri di depan pintu sedang menunggu. Mondar mandir karena meraasa khawatir dengan suami dan cucunya yang belum datang.  Ternyata itu kakek soji dan abaria. Nenek yori  bergegas membantu suaminya angkat bakul yang berisi sayuran. Buru-buru abaria masuk ke kamarnya untuk meletakkan rinzaki di dekat jendela kamarnya. Karena kelelahan abaria ketiduran. Nenek yori nggak tega untuk membangunkannya supaya makan malam dulu. Karena kelelahan abaria tertidur. Neneknya nggak mau membangunkannya untuk makan.
Kesokkan harinya,  abaria bangun lebih dulu dibanding nenek yori. Dia mengambil kayu bakar dibelakang rumahnya. Lalu ia memasak nasi dan sayur. Kebetulan keluarga ini jarang makan daging. Untuk membeli saja nggak ada uang. Ada ayam ternak pun masih pada kecil-kecil mana bisa dimakan.  Kalau pagi rinzaki diletakkan di depan supaya terkena cahaya matahari dan menyiramnya. Kakek soji bersiap-siap berangkat ke pasar untuk menjual hasil panennya. Uangnya nanti akan dibelikan beras dan sembako lainnya. Abaria meminta kakeknya untuk membelikan pupuk. Rinzaki terharu dengan abaria dan keluarganya. Tapi keceriaan dia nggak pernah pudar dari wajahnya. Abaria mengajak temannya itu ke tempat ayunan dekat rumahnya. Mereka ngobrol-ngobrol disana.
“Kamu nggak punya teman ya? Aku lihat nggak ada anak yang seumuran denganmu disini. Hanya ada rumahmu saja. Dimana yang lainnya?” Tanya rinzaki penasaran.
“Oh, itu. Itu karena jarak rumahku dengan rumah lainnya sangat jauh sekali. Untuk sampai ke sana membutuhkan waktu satu jam lamanya. Rinzaki adalah teman pertamaku. Aku sangat senang sekali.” Ujarnya dengan raut wajah yang senang.
Rinzaki merasa kalau abaria kesepian. Nggak ada orang yang bisa diajaknya bermain dan ngobrol. Dia menghibur abaria dengan menyulap halamannya menjadi taman yang dipenuhi macam jenis bunga cantik tapi bisa ngomong. Rinzaki mengucapkan sebuah mantra
“Hana……hana…....hana……..hana……….midori garden. Menari dan menyanyilah kalian dengan nyanyian merdumu.” Ujarnya sambil menyuruh teman-temannya yang begitu banyak berkumpul.
 Abaria sangat terkejut dan terpesona dengan apa yang dia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Nyanyian yang begitu menenangkan hati dan ceria terdengar indah. Pohon-pohon pun ikut menari dengan menggoyangkan ranting-rantingnya kesana kemari.  Bagi abaria itu kejadian yang nggak pernah dilupakan olehnya.   
                                                            ***************
Malam harinya, abaria yang sedang tertidur didekati oleh rinzaki yang keluar dari pot kecilnya itu. Dia menatap muka abaria yang terlihat kelelahan sekali. Ia merasa sedih. Tiba-tiba saja, abaria terbangun dari tidurnya kaget melihat rinzaki berdiri di depannya.
“Rin, kok kamu bisa ada disini sih. Bukannya kamu nggak bisa keluar dari pot itu. Nanti kamu akan  layu lho.” Ujarnya
“Tenang aja. Aku khan udah pulih. Lagian aku ini adalah peri bunga. Jadi nggak usah khawatir.” Jawab rinzaki.
Terdengar suara kakek soji memanggil dari arah pintu.
“Kamu tunggu disini dulu ya. Aku mau menghampiri kakek sebentar.”
Kemudian abaria buru-buru pergi ke ruang tamu. Dia kira ada apa ternyata hanya disuruh untuk membantu nenek yori di dapur. Malam itu terasa dingin sekali udaranya. Abaria yang sudah memakai baju tebal masih saja dingin. Kakek soji lalu menyalahkan api ditungku untuk menghangatkan ruangan. Abaria yang ngantuk berpamitan dengan kakek dan neneknya untuk tidur kembali.
Beberapa minggu berlalu……….
Sejak rinzaki tinggal di rumah abaria. Banyak  hal yang telah dialami olehnya. Ini yang membuat rinzaki ingin menolong keluarga tersebut. Dengan kekuatannya, dia membuat halaman rumah abaria penuh dengan bunga dari berbagai jenis seperti mawar, anggrek, sedap malam, tulip dan masih banyak lagi. Hari itu, abaria dan kakek neneknya nggak ada di rumah. mereka sedang pergi ke ladang. Kebetulan rinzaki nggak ikut bersama dengan abaria. Akhirnya mereka kembali juga. Kakek soji, nenek yori dan abaria terkejut karena rumahnya dipenuhi dengan bunga-bunga indah.
“Kenapa dengan rumah kita, nek? Apa benar ini rumah kita ya?” Tanya kakek soji memegang tangan nenek yori.
Abaria pun ikut bingung. Mereka berjalan perlahan-lahan menuju pintu sambil melihat kanan kiri sekitar rumahnya itu. abaria berlari masuk dengan tergesa-gesa menuju kamarnya. Rinzaki sudah mengetahui kalau abaria akan menanyakan hal itu padanya.
“Rin, apa semua itu kamu yang melakukannya?”
“Iya, benar. Aku hanya ingin memperindah pekaranganmu saja sekaligus membantu kehidupan kalian juga” Ujarnya
“Maksudmu apa? Aku nggak ngerti.” Kata abaria masih bingung
“Kamu bisa menjual bunga-bunga itu ke pasar. Pasti harganya lebih mahal daripada sayuran itu. Jadi kamu nggak usah repot-repot pergi ke ladang. Aku kasihan melihat kakek nenekmu yang sudah tua renta dan sakit-sakitan. Itu semua bisa mencukupi kebutuhan kamu.”
“Apa iya. Bisakah kami dapat uang dengan menjual bunga tersebut?” Sambung abaria penasaran
“Kamu nggak percaya. Coba kamu suruh kakekmu ke pasar untuk menjualnya. Pasti banyak yang beli.” Ujarnya menyakinkan.
Abaria mengikuti ucapan rinzaki. Segeralah dia menghampiri kakeknya yang sedang duduk di depan. Lalu menyuruhnya untuk memetik beberapa jenis bunga untuk dijual ke pasar. Awalnya kakek soji nggak percaya dengan omongan cucunya itu mana mungkin bisa dipikirnya. Tapi karena abaria bersikeras, kakeknya menurut saja. Sayangnya sudah malam, jadi diputuskan besok saja perginya. Hari yang ditunggu datang juga. Kakek soji bergegas pergi ke pasar dengan bunga-bunga itu.
Beberapa jam sudah berlalu……………..
 tapi kakeknya belum kelihatan batang hidungnya. Abaria merasa gelisah. Sedangkan rinzaki menyanyi dengan riang. Duduk berdiri, mondar mandir pokoknya nggak bisa diam. Membuat nenek yori pusing saja. Akhirnnya, kakek yori datang dengan membawa banyak barang ditangannya seperti bahan sembako, baju dan alat-alat masak yang baru.  Abaria berlari ke kakeknya. Lalu bertanya,
“ Kek, gimana dengan bunganya?”
Nenek yori menyuruh abaria untuk membiarkan kakeknya istirahat dulu. Abaria mengikuti kata neneknya itu.
“Nggak apa-apa kok, Nek. Bunga yang kakek bawa tadi sudah terjual habis. Orang-orang disana suka semuanya. Uang yang kakek dapat lalu dibelikan barang itu.” ujar kakek soji sambil meminum air putih.
“Syukurlah. Kalau begitu, kita nggak akan susah lagi dong.” Jawab abaria dengan senangnya.
Itu semua berkat Rinzaki Hana.

Hari demi hari berlalu………………
Kehidupan abaria pun berangsur-angsur berubah. Dia bisa makan daging. Pergi ke sekolah tanpa harus memikirkan uang. Mendapatkan teman yang baru walaupun harus tinggal jauh disana. Rinzaki ikut bersama dengannya. Hubungan mereka semakin akrab, nggak terpisahkan.
Malam itu adalan bulan purnama. Saatnya rinzaki bisa kembali ke kerajaan Midori garden. Abaria hampir saja melupakan hal itu. Dia pikir rinzaki nggak akan kembali lagi kesana. Dia nggak mau berpisah dengannya. Ia menangis sambil memeluk rinzaki. Sebelum pergi rinzaki berpesan
“Abaria, aku ingin kamu memelihara bunga-bunga ini dengan kasih sayang. Siramilah mereka setiap hari. Karena bunga-bunga itu selalu bernyanyi bersama tiupan angin. Mereka akan mendoakan orang yang memeliharanya sehingga mereka tumbuh dengan indahnya. Aku harap kamu nggak akan lupa” Ujar rinzaki
“Baiklah, rin (sambil meneteskan air mata ). Aku akan mengingatnya. Huhuhuhuhu………..” jawab abaria menangis
“Tapi kalau kamu menyakitinya. Mereka akan layu dan mati. Berarti aku nggak akan bisa menemuimu lagi.”
“Tidak akan, rin.”
Air mata abaria nggak henti-hentinya terjatuh membasahi pipinya. Rinzaki mulai menjauh dari hadapan abaria. Perlahan-lahan tubuh mungilnya berubah menjadi serpihan cahaya yang terbang menuju ke bulan. Sungguh bak kunang-kunang. Akhirnya rinzaki pergi.
Satu tahun kemudian………………….
Abaria menjalani kehidupannya dengan bahagia. Dia bisa bermain dengan teman-temannya. Bercanda bersama, nggak kesepian lagi. Kakek neneknya sekarang bisa berobat ke dokter. Kebun bunganya pun dirawat dengan baik sehingga menghasilkan bunga-bunga yang cantik nan indah. Semakin banyak  orang yang membelinya. Tapi tetap saja abaria nggak bisa melupakan rinzaki. Bulan purnama telah banyak dilewati tapi nggak pernah rinzaki datang menemuinya.
  





share akemi
Labels: , edit post
0 Responses

Post a Comment